Jumat, 04 Februari 2011

syurrrrrrrrrrr

Mau David!" jawabku lagi, dan membalas senyumnya dengan senyum dari wajahku.
Senyum yang juga tulus, apa adanya, tidak kubuat-buat. Senyum yang berasal dari hatiku. Senyum kebahagiaan... Atau apakah lebih tepat disebut senyum cinta, senyum yang terkembang karena aku jatuh cinta pada David. Jatuh cinta pada adikku sendiri. Atau jangan-jangan juga senyum birahi, senyum yang muncul karena aku begitu 'horny' melihatnya, begitu ingin memeluknya, mendekapnya... David langsung memelukku, sementara aku masih berdiri kaku dan tergagap-gagap. Namun demikian, aku tidak mau lagi kehilangan momen, perlahan kugerakan tanganku hingga akhirnya aku dapat memeluk tubuhnya. Di dalam hatiku bercampur berbagai perasaan, gembira, takut, sedih, senang, semuanya. “Aku sayang Kak Fito,” katanya berbisik lagi. Dagunya terasa menggesek rahangku. Apa lagi ini. Selanjutnya lidahnya menjilati daun telingaku. Aku terangsang. Tapi ketika aku sadar sedang dicumbui oleh adikku sendiri, sesaat aku sadar dan hatiku mendadak bimbang. Kutolak tubuhnya menjauh lalu kutepiskan tangan David, dan segera kubalikkan tubuhku. Astaga, “David!” seruku kaget. “Mau ngapain Dave?” tanyaku lirih. “Kak Fito sudah tau apa mauku,” jawabnya pelan. “Maksud David?”. “Tau apa Dave?” ulangku “Kak Fito Wardana,” disebutnya nama lengkapku, sambil matanya tajam menatap mataku. Tangannya meremas dadaku yang bidang,
“Kakak tau kan aku pengen bercinta dengan Kak Fito!. Aku juga tau kakak menginginkan itu kan?. Jangan pura-pura,” Tiba-tiba mulutnya sudah menguasai mulutku. Dengan penuh nafsu dilumatnya bibirku. Aku masih pura-pura (ya pura-pura!) melawannya. Akupun sebenarnya mengharapkan ini terjadi. Tapi aku perlu menjaga imejku juga dihadapannya. Masak dua orang kakak beradik yang sejenis saling bercumbu. Kudorong tubuhnya menjauh dariku. Lalu aku segera berusaha meloloskan diri dari dekapannya. Dia terdorong kebelakang. David terpana, tak menduga aku menolaknya. Namun sesaat ia kemudian menyergapku lagi. Dia tak perlu memaksaku dengan kekuatan penuh karena aku juga tak terlalu serius menghindar darinya. Sekejap saja ia sudah merengkuh pinggangku. Ditariknya tubuhku rapat ketubuhnya. Kontolnya yang sudah sekeras batu menempal erat dibongkahan pantatku. Dengan nakal ia menggesek kontolnya di belahan pantatku. “Lepaskan” bisikku lirih. Tak diacuhkannya bisikanku. ia kemudian mendorong tubuhku sampai telentang. Meskipun aku terus berbisik meminta dilepaskan, tapi aku mengikuti apa yang dimauinya. Ia menyuruhku berbaring terlentang di tepi ranjang dengan kedua kakiku mengangkang. “Aku nafsu, kepengen make love sama Kak Fito...!, sekarang...!’ Degh!. Beneran nih? Aku mencoba menghindar lagi. David terus mengejar. Mukanya terus didekatkannya ke mukaku. Melihat gelagatnya yang memaksa seperti itu aku segera menyambutnya. (---- garis pembatas ----) Sebenarnya aku sendiri sudah tak sabar ingin merasakan keperkasaaan tubuhnya sebagaimana cewek ceweknya sudah pernah rasakan. Maka kukejar bibirnya dengan bibirku. Kulumat bibir merah tipis miliknya yang memang selalu kurindukan itu selama ini. Kami saling melumat hingga kehabisan nafas. Diselingi dengan saling menatap dengan nafas menderu, kami lanjutkan lagi sesi melumat bibir.Sambil melumat tanganku meremas rambut belakang kepalanya. Aku semakin terangsang. Tanganku kini beralih meraba tubuhnya. Dadanya yang bidang kuremas-remas. Kemudian tanganku turun keperutnya, hingga selangkangannya. Kurasakan batang diselengkangannya itu sudah mengeras. Dugaanku benar, batang David emang besaaaar. Aku tak sabar untuk segera merasakan batang itu. Segera aku bangkit, kutarik tangan David dan kudorong hingga bersandar. Kulumat bibirnya sambil tanganku terus meraba, menjelajahi tubuhnya yang terbungkus dibalik kemeja dan celana jeans. Davidpun tak maukalah. Tangannya juga sibuk meremas-remas dadaku yang bidang. Birahi yang menggila membuat kami seakan tak rela untuk melepaskan lumatan bibir kami masing-masing. Lama kami berlumatan, hingga seperti kehabisan nafas. Kami melepaskan lumatan bibir, saling memandang dengan senyum mesra. Lama kami berpandangan, sementara jemari tangan kami terus bekerja, menelusuri lekuk tubuh masing-masing. Secara perlahan, jemarikumulai membuka kancing kemeja David. Setelah terbuka semua, kulepaskan kemeja itu. Tubuhnya yang atletis masih tersembunyi dibalik singlet putih. Bulu-bulu halus namun lebat, menyeruak dari balik singletnya. Mulutku segera mengejar bulu-bulu itu. Kuciumi, kujilat, kuhisap. David mengerang. Rambutku diremasnya. Sambil menikmati bulu-bulu dadanya itu, dengan terburu-buru kulepaskan singlet David. Sudah tak sabar aku untuk melihat tubuhnya yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja. Begitu singletnya terlepas, terpampanglah tubuh atas David yang benar-benar bagus. Putih bersih diramaikan dengan bulu-bulu halus. Bulu-bulu itu tumbuh didada dan membentuk alur hingga ke perutnya dan terus kebawah tersembunyi dibalik resleting celana panjangnya. Ketiaknya juga penuh dengan bulu. Tubuhnya atletis dengan perut rata, membentuk kotak-kotak. Tanpa berkedip kupandangitubuh bagus miliknya. “Serius amat ngelihatnya,” tegur David dengan senyum. “Abis, body kamu oke banget Dave. Atletis, tapi tidak seperti binaragawan, aku suka banget,” jawabku, tanganku meraba perutnyayang berbulu itu. “Apalagi bulu-bulu ini, membuatku sangat bergairah,” “Kamu akan lebih bergairah kalau melihat apa yang ada dibalik resletingku ini,” David meremas selangkangannya. Sambil lidahnyamenjulur, mengejekku. Astaga, cowok alim ini kok nakal banget ya? Aku benar-benar bingung. David sangat berbeda dari biasanya. Tapi saat ini aku tak mau pusing memikirkan perubahan yang terjadi pada diri David. Segera tanganku merengkuh bongkahan pantatnya. Selangkangan kami yang masih terbungkus celana, segera menyatu saling bergesekan. Bisa kurasakan batang kontolnya mengeras, demikian juga batangku. Mulut kami kembali saling melumat dengan buas. Dalam deru nafas diantara lumatan, David mencoba melepaskan bajuku. Kubantu dia melepaskan kaos yang kukenakan. Setelah bajukulepas dari tubuhku, mulutku segera menyerbu dada David. Tubuhku membungkuk, menciumi dada itu hingga, terus turun hingga ke perutnya. Kemudian aku turun kebawah, wajahku tepat diselangkangannya. Kutengadahkan kepalaku, memandang wajahnya yang menunduk balas memandangku. Tanganku mulai bekerja membuka sabuk dan resleting celananya. Kepalaku tetap tengadah memandangnya, senyum tersungging dibibirku, demikian pula David. Selanjutnya, setelah sabuk dan resleting celananya terbuka, kuturunkan celana panjangnya hingga melewati bongkahan pantatnya. Aku segera disambut dengan kepala kontol besar kemerahan yang menyembul dari karet celana dalam putih yang dikenakan David. Celana dalam itu sudah tak dapat menampung batang kontol itu rupanya. Segera kuturunkan celana dalam itu. Batang kontol David tegak keras mengacung, dengan dua buah peler yang ketat, lekat di pangkalnya diantara rimbunan jembut halus yang lebat. Kepala kontolnya yang bulat kemerahan berbentuk jamur, menyentuh pusat diperutnya. Kontolnya benar-benar besar, panjang, dan gemuk. Inilah batang kontol terbesar dan terpanjang yang pernah kulihat langsung dengan mata kepalaku sendiri. Batang kontolnya itu merupakan bukti kalau didalam tubuh David mengalir darah turunan Spanyol dan Aceh, dari Ibunya, suami Bibiku. “Dave, gede banget ya..” kataku tersenyum memandangnya, sementara jemariku menggenggam batang besar itu. “Kenapa? Belum pernah lihat yang segede punyaku ya?” katanya balik bertanya, tangannya membelai-belai rambutku. “Makanya entar dicobain, Sekarang coba diisep dulu aja donk,” kata David sambil mendorong kepalaku kebagian bawah tubuhnya. Mulutku mendekati batang tegak itu. Lidahku kujulurkan, menempelkannya pada kepala kontol besar itu. Kemudian ujung lidahku mulai menjelajahi kepala kontol itu. Mula-mula ujung lidahku menyapu daerah bulatan kepala kontolnya, dan celah lubang kencing miliknya. David mengerang. Setelah beberapa kali sapuan disekitar bulatan kepala kontol, dan lubang kencing, lidahku turun ke sekitar parit antara batangdan bulatan kepala kontol. Kujilati daerah parit itu bolak-balik. Kurasakan tubuh David bergetar. Kulirik keatas, kulihat Davidmemejamkan matanya. Dia pasti merasakan geli enak akibat jilatanku disitu. Tangannya meremas rambutku semakin keras. Kedua tanganku mencengkeram bongkahan pantat David dengan erat. Kepalaku bergerak-gerak, kadang maju mundur kadang berputar-putar tepat di depan selangkangan David. Batang kontol besar dan panjang milik David, keluar masuk mulutku. Pipiku mengempot menyedot-nyedot batang itu. Batangnya tidak bisa kumasukkan kedalam mulutku seluruhnya. Meski sudah kupaksakan, hanya sekitar ½ nya saja yang bisa masuk, itupun aku hampir muntah karena kepala kontolnya menyentuh tenggerokanku. Bener-bener deh batang si David ini. Mulutku kewalahandibuatnya. Tangan kanan David memegang belakang kepalaku, meremas-remas rambutku. Sementara tangan kirinya kulihat meremas-remas dadanya sendiri. Matanya terpejam-pejam, dari mulutnya keluar suara seperti orang kepedasan. “Ssshhhh.....ssshhh.......,” Sedangkan dari mulutku keluar suara-suara kecapan. Aku sangat menikmati oral yang kulakukan pada David. Aku benar-benar merindukan hal ini. Aku tak menduga akan dapat menikmati batangnya seperti ini. Rasanya pengen bersyukur. Ah, gak peduli bersyukur sama siapa, yang pasti aku bersyukur dengan apa yang kualami saat ini. Aku masih asik menyelomoti batang besar David. Sesekali kulepaskan dari mulutku, kemudian ku kocok dengan tanganku. Setelah dua atau tiga kali kocokan, kembali kumasukkan kedalam mulutku. Lidahku mulai menjalar ke bawah. Menjalari buah pelernya yang kehitaman dan penuh rambut. Bentuknya mirip rambutan deh. Kuhisap buah itu kuat-kuat. Kumasukkan keduanya sekaligus dalam mulutku. Kuhisap kuat-kuat didalam mulutku. David menggelinjang. ”Kak Fito..., bolehkah aku...” tanyanya berhati hati Degh..!. Aku tahu dia pasti akan meminta hubungan ini dilanjutkan hingga kami benar-benar menjadi satu kesatuan. David tidak berbicara lagi, ia hanya mencium keningku lalu duduk tegak tepat di atasku. Ia pun mulai memegang kedua kakiku dan meletakkannya di pundaknya, sementara itu aku pun mengangkat pinggulku menjadi lebih tinggi. Dia pun membasahi penisnya yang sebesar botol-sedang Aqua dengan air liurnya sendiri hingga tampak berkilat-kilat karena basah, kemudian dengan dibantu kedua tangannya ia mulai melakukan penetrasi ke dalam anusku. Aku sering mendengar bahwa penetrasi pertama itu pasti akan sulit dilakukan. “Capek Dave?” bisikku lembut di telinga David. Ia masih menelungkup diatasku. “Iyah,” jawabnya pelan. “Puas?” tanyaku lagi. “Iya Kak, gak nyangka kalo ngentot dengan kamu enak banget,” “O ya?” “Iyah, tau enaknya kayak gini, sejak kemaren-kemaren aku udah ngajak ngentot dengan Kakak,” katanya. Bibirku diciumnya. Kubalas ciumannya. Kami berciuman dengan buas. Saling melumat. Sambil berciuman kubalikkan posisi kami. Aku berguling, kini David dibawahku. Kontolnya terlihat lemas dan masih dipenuhi lendir. Menindih David, kuciumi bibirnya. Mukanya, telinganya, semuanya. Ciumanku turun ke lehernya, dadanya yang bidang. David mengerang, David terangsang kembali oleh cumbuanku. Kontolnya mulai bergerak naik. Dasaranak ABG. Sambil menjelajahi tubuhnya dengan bibirku, kukocok-kocok batangnya yang licin karena lendir sperma itu. Terus turun, mulutku kini di perutnya, diselangkangannya yang rimbun dengan bulu. Terus turun hingga ke bongkahan pantatnya. Kuangkat kedua kakinya. David mengangkng dengan kedua kaki menekuk, terangkat ke atas. Kujilati celah pantatnya. Melanjutkan rimmingku yang tadi. David meremas-remas rambut kepalaku. Lidahku kusodok ke celahnya. Menjelajahi celah sempit penuh bulu itu. David mendesah. Jemari tanganku mencari celah dibelahan pantatnya. Ketika kutemukan, kurasakan daerah disekitar celah sempit itu juga rimbun dengan bulu-bulu halus. Kegelitik celahnya. David menggelinjang lagi. Ujung jari telunjukku kugelitikkan ke pintu celahnya yang kurasakan benar-benar sempit itu. Kucoba menembusnya. Terasa kesat. Perlu pelicin sedikit nih. Kubasahi jariku dengan ludah. Kemudian kucoba menembusnya lagi. Masih sempit dan cukup kesat. Kuludahi lagi jariku, hingga kurasakan celah itu semakin licin dan berkurang kekesatannya. Kini, sambil mulutku mengoral batangnya, jariku menyodok-nyodok celahsempitnya. David mengerang semakin keras. Saat jariku mencoba menerobos semakin dalam David merenggangkan kedua pahanya. Lobang pantatnya yang belum terbiasa disusupi sesuatu membuatnya kurang nyaman rupanya. Jariku yang masuk hanya satu, tapi kurasakan lobang pantatnya menjepit dengan erat. Kayaknya usahaku untuk menjebol celah ini membutuhkan kesabaran dan keuletan. Karenanya kulanjutkan terus mengoralnya sambil jarikumenyodok keluar masuk celahnya. Pengaruh sodokanku mulai terasa. Cengkeraman lobang pantatnya pada jari telunjukku tidak sekuat pada saat aku memulai menembuscelah itu tadi. Kucoba menyusupkan jari tengahku. “Addduuhhhhhhh........,” David mengerang kembali. Rambutku diremasnya makin kuat. Dipicingkannya mata menahan sakit. David mengernyitkan matanya. Dia kesakitan. Tapi tak apalah, dia kan lelaki perkasa, kuat, sakit sedikit seperti ini pasti dapat ditahannya. Kusodok terus berulang-ulang. Kuludahi celah pantatnya itu beberapa kali, membuat celah itu menjadi basah dan licin karena ludahku. Jariku menyodok semakin mudah. “Sakit Dave?” tanyaku. “Gak apa apaaaaa...aouhhh...,” jawabnya. Dia kesakitan, aku yakin itu. Namun dia tak menolak perlakuanku padanya. Malah menyetujui. Mendapat persetujuan darinya, kulanjutkan menyodoknya. Susah juga jari tengahku menyusup ke celah itu, menyusul jari telunjukku yang sudah bersarang disana. Mengingat ukuran diameter batang kontolku, paling tidak dua jariku harus bisa menembus lobangnya. Agar nantinya David tidak terkejut dan tidak terlalu kesakitan saat aku memasukkan batangku ke celahnya. Celah David kini diisi oleh dua jariku. Rasanya sempit banget. David semakin kesakitan setiap kali jariku bergerak keluar masuk celahnya. Meski kesakitan, David tidak juga mencegah sodokanku, karenanya kulanjutkan saja. Mulutku terus mengoralnya. (BERSAMBUNG KE BAGIAN-4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar